Minggu, 04 Juli 2010

Bab 6 Keutamaan Makkah dan Ka'bah - Hadits ke-2

Hadits ke-2

Rasulullah saw. bersumpah dan bersabda, pada hari Kiamat nanti, Allah Ta'ala akan membangkitkan Hajar Aswad dalam keadaan mempunyai dua mata yang dengannya ia akan melihat, dan mempunyai lisan yang dengannya ia akan berbicara dan akan memberikan persaksiannya untuk orang-orang yang telah menciumnya dengan penuh haq.

Keterangan.
Yang dimaksud mencium dengan haq adalah mencium dengan penuh keimanan dan membenarkan. Jabir meriwayatkan dari Rasululullah saw., beliau bersabda bahwa Ka'bah memilki satu lisan dan dua bibir ( pada zaman dulu ), yakni Ka'bah telah melapor kepada Allah Ta'ala, "Ya Allah, sekarang orang yang thawaf dan menziarahi aku telah berkurang." Maka Allah Ta'ala berfirman, "Sebentar lagi Aku akan menciptakan satu kaum ( muslimin ) yang betul-betul khusyu', yang banyak mengerjakan sujud ( ahli shalat ) . Mereka akan menunduk di depanmu sebagaimana burung merpati menunduk ke arah telurnya." ( Sumber: Kitab Targhib ). Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa kelak, Hajar Aswad dan Rukun Yamani akan bangkit dalam keadaan memiliki dua mata dan dua lisan, dan bibir mereka akan memberikan kesaksian yang sempurna untuk orang orang yang menciumnya, yakni akan bersaksi bahwa orang-orang yang telah menciumnya telah sempurna dalam berikrar. ( Targhib ).

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Umar r.a. ketika mengerjakan thawaf dan sampai di Hajar Aswad, ia menciumnya dan berkata, "Aku tahu kamu adalah sebuah batu, kamu tidak bisa memberikan manfaat dan tidak bisa memberikan madharat. Seandainya aku tidak melihat Rasul saw. menciummu, aku tidak akan pernah menciummu." Pada saat itu, Ali r.a. berada di sebelahnya, maka ia berkata, "Hai Amirul-Mukminin, ( Hajar Aswad ) ini bisa memberikan, manfaat dan juga madharat. Umar r.a. bertanya, "Bagaimana bisa?" Ali berkata bahwa pada zaman azali, ketika Allah Ta'ala mengambil ikrar dari seluruh hamba-Nya, maka Allah Ta'ala telah menulis ikrar itu dalam kitab, kemudian menyimpannya di dalam batu ini. Maka batu ini akan memberikan kesaksian pada hari Kiamat bahwa si Fulan telah berikrar, dan si Fulan, yakni seorang kafir, telah ingkar. ( Kitab Ithaf  ). Karena itu, pada umumnya doa yang masnun untuk dibaca di tempat itu adalah:

 "Ya Allah, aku mencium dengan beriman kepada-Mu dan membenarkan kitab-Mu, dan menyempurnakan janji-Mu".

Umar r.a. sangat memikirkan akidah umat Islam, jangan sampai akidah mereka lemah. Oleh karena itu, pohon yang di bawahnya pernah dijadikan sebagai tempat Bai'atur Ridhwan dipotong atas perintahnya. Baiat itu sangat penting sehingga Allah swt. memberikan jaminan berupa ampunan kepada para sahabat di dalam Al-Quran dengan firman-Nya:

 “ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. ( Al Fath: 18 )

Ia memerintahkan untuk memotong pohon itu setelah mengetahui bahwa orang-orang datang ke tempat itu untuk mengambil berkah. ( Durrul Mantsur ). Maka Umar r.a. berpikir, karena orang-orang baru saja lepas dari penyembahan kepada berhala, jangan sampai mereka menganggap batu ini sebagai batu yang mirip berhala dan mereka menyembahnya. Maka ia berkata sebagaimana disebutkan di atas untuk mengingatkan bahwa batu tersebut tidak perlu diagungkan, tetapi yang harus diagungkan adalah perintah Allah swt. Jangan seperti orang musyrik yang menganggap bahwa batu ini mengandung khasiat. ( Kitab Ithaaf ). Begitu juga telah dinukilkan tentang perkataan Umar r.a. tentang Baitullah. Beliau r.a. berkata,” Ini adalah rumah yang dibuat dari beberapa buah batu. Akan tetapi Allah swt menentukannya sebagai kiblat untuk kita supaya kita mengerjakan sholat menghadap ke arahnya selama kita hidup, dan juga setelah mati dibaringkan dengan muka menghadap ke arahnya. ( Kitab Kanz ).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa apabila Umar r.a. sampai di Hajar Aswad, ia akan berkata,” Aku bersaksi bahwa kamu ini hanyalah sebuah batu, tidak bisa memberi manfaat dan kerugian. Rabb-ku adalah Dia Yang tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Kalau aku tidak melihat Rasulullah saw menciummu dan memegangmu, aku tidak akan menciummu dan memegangmu.” ( Kitab Kanz ). Dalam sebuah hadits lain disebutkan bahwa ketika Umar r.a. mencium Hajar Aswad, ia berkata:

"Dengan nama Allah swt dan Allah Maha Besar atas hidayah yang telah dikaruniakannya kepada kita. Tiada yang patut disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Saya beriman kepada Allah swt, dan saya ingkar terhadap jibti, thogut, latta dan uzza serta apa-apa yang diseru selain Allah swt dan sesungguhnya penolongku hanyalah Allah swt yang telah menurunkan Al Qur’an dan Dia adalah sebaik-baik penolong bagi orang-orang yang sholeh.
Dalam do’a ini, beliau menjelaskan bahwa ia telah bebas dari segala macam kemusyrikan. Dari keterangan di atas jelaslah bahwa berthawaf di Baitullah dan mencium Hajar Aswad tidak memiliki persamaan sama sekali dengan menyembah berhala. Pertama, karena thawaf dan sebagainya adalah untuk menyempurnakan perintah Allah swt, sedangkan mengelilingi patung atau menyembah patung tidak diperintahkan oleh Malikul Mulk. Kedua, Ka’bah dan Hajar Aswad tidak mempunyai hubungan dan nisbat dengan selain Allah swt, karena ia adalah rumah Allah swt. Berbeda dengan berhala, karena ia berhubungan erat dengan selain Allah swt, maka jelas bahwa menyembah dan mengelilinginya adalah kesyirikan. Adapun perkataan Ali r.a bahwa Hajar Aswad memberi faedah bahwa kelak ia akan memberi kesaksian pada hari kiamat, adalah benar. Di dunia ini saja, bila kita sedang berperkara di pengadilan dan ada orang yang memberi kesaksian yang menguntungkan bagi pihak kita, tentu ini merupakan keuntungan yang besar. Akan tetapi sesuatu yang memberikan manfaat kepada kita tidaklah mesti kita sembah. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa di mana saja suara muadzin sampai, maka semua benda, baik yang basah maupun yang kering, akan memberikan kesaksian baginya pada hari kiamat. Akan tetapi bukan berarti benda-benda itu mesti patut disembah.

0 komentar:

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Blog ini berusaha menyampaikan kutipan-kutipan ayat-ayat suci Al Qur'an maupun hadits-hadits Nabi SAW, mengenai keutamaan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Semoga bermanfaat ya...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP